Selasa, 04 Agustus 2009

Renungan Kita


Hari ini tanggal 4 Agustus 2009, sebuah berita kematian seorang seniman membuat heboh hampir seluruh orang Indonesia. Mbah Surip nama seniman yang wafat itu.

Semua orang yang pernah bertemu ataupun mengenalnya, mengaku belajar banyak dari dia mengenai kesederhanaan hidup. Hari-hari mbah surip yang penuh tawa, seakan tanpa beban menjadikan orang-orang kagum padanya.

Tak pernah serius, yang terlontar dari mulutnya hanyalah sebuah guyonan ataupun petuah hidup agar dapat menikmati umur yang diberikan di dunia ini. Semua orang pun manggut setiap mendengar perkataan mbah Surip, semua orang ingin merasakan hidup layaknya si mbah gimbal tersebut, lepas, bebas seperti tak pernah menghadapi masalah dalam hidupnya.

Aku sendiri, tak pernah berjumpa dengannya hanya mengetahui dirinya lewat layar tivi. Sosoknya yang digambarkan di tivi apa adanya, seperti keseharaiannya. Setiap kali tampil di tivi dia selalu membawa keceriaan... . Tapi apa benar dia memang selalu bahagia???

Tidakkah dia merindukan istri, anak dan cucunya??? Wallahu alam. Karena aku belum pernah bertanya ataupun mendengar ada yang bertanya tentang itu...

Bercermin dari apa yang mbah Surip telah berikan, juga dengan pengalam yang aku alami dengan orang yang aku kenal. Ternyata mereka yang sebenarnya mampu membuat kita tertawa, meninggalkan kepenatan sesaat, mengajak untuk meninggalkan beban hidup. Orang-orang itu sebenarnya tengah merasakan derita yang amat sangat.

Tetapi kekuatan cinta untuk berbagi dengan sesama membuat mereka mampu mereduksi segala galau yang ada di hati dan berbagi kebahagian dengan orang-orang yang mereka sayangi.

Itulah manusia sejati, mampu tersenyum dan membuat bahagia orang lain ditengah dertita yang dihadapinya. Mungkin banyak orang yang tak mengenal mbah Surip, seperti aku, sehingga pelajaran yang diberikan hidup yang diberikan hanya seperti iklan di tv yang lewat disaat waktu jedah saja.

Cobalah tengok ayah kita, bukankah dia orang yang hebat. Lebih hebat dari seorang Mbah Surip, aku yakin. Bagaimana dia pontang-panting mencari nafkah dan membiayai sekolah kita. Bagaimana ia rela menggadaikan celananya ataupun meminjam uang dari temannya hanya karena ingin membuat kita tersenyum, tidak dikucilkan oleh teman kita yang suka mengejek karena seragam sekolah yang kita kenakan sudah usang.

Bukankah dia sosok yang ada dan nyata untuk kita? Ayahku pahlawanku, coba ingat kembali memori kita di masa kecil hingga dia menghantarkan kita seperti ini. Tidak hanya kesederhanaan yang ia ajarkan tetapi juga bagaimana menghadapi hidup dan berjuang mencapai impian.

Lalu ada sosok yang lebih hebat lagi, Ibu.. Seorang wanita yang begitu kuat untuk mewujudkan impian kita menatap dunia. Membawa kita ke sana kemari dalam perutnya selama sembilan bulan dan mengorbakna nyawanya agar kita bisa melihat dunia.

Pertama kali kita masuk sekolah, siapa yang mengantarkan kita menuju ruangan kelas? Menunggu kita pulang. Setiap kali hendak berangkat sekolah, siapa yang menghidangkan sarapan untuk kita?

Bukankah kasih sayangnya sungguh nyata? Pengeorbanan dan cintanya sungguh luar biasa. Bahkan filosofinya sederhana, rela melakukan apapun agar anakku bahagia. Dia berkorban di tengah permasalahan hidup yang mungkin kita tidak pernah tahu. Rela bangun pagi untuk menghidangkan semuanya untuk keluarga dan di tengah salatnya selalu mendoakan yang terbaik untuk putra-putrinya, tak pernah putus.

Ibu you are my superhero, the real superhero. Tak ada yang mampu menandingimu. Kini coba ingatlah, momen-momen indah bersama ibu kita disaat kita kanak-kanak hingga sekarang. Pasti akan banyak perjalanan hidup yang dapat kita petik.

Aku salut sama orang-orang yang mampu membuat orang lain tersenyu bahkan bahagia, di tengah derita yang tengah dihadapi. Karena Allah aku mencintaimu.

Selamat merenungi orang-orang terkasih.





Didit Tri Kertapati

Tidak ada komentar: