Selasa, 23 Februari 2010

Tentang Kaya

Apa yang Anda pikirkan apabila Anda memiliki belasan Restoran yang tersebar di penjuru negeri dan beromzet Milyaran rupiah setiap bulannya.? Hmm.. kalau saya sih pasti akan melakukan hal-hal seperti ini. Pertama : beli sebuahRumah, Apartemen atau Villa. Trus Beli BMW atau Audi atau Alphard. HP juga ganti donk... Pake iPhone. .. kemudian... kemudian... kemudian... banyak lagi kemudian yang terpikir.

Mungkin hampir semua member setuju dengan apa yang saya pikirkan. Karena itulah standar “Kaya” yang sama2 kita sepakati.

Tapi kemudian definisi saya tentang “Kaya” itu hancur berantakan dalam perjalanan saya ke kota Solo Jawa Tengah. Dalam sebuah pertemuan dengan seorang “Pengusaha” bebek goreng yang sangat sukses di Solo, saya baru menyadari dan memahami arti “Kaya” yang sesungguhnya.

Beliau menemui kami dengan berbaju koko, sarung dan hanya mengenakan sandal. Sesekali nada dering monophonic berdering dari HP Nokia model jadul dari sakunya.
Selama kurang lebih dua jam berbincang, sungguh banyak wejangan yang disampaikan.

“Sering kita mengucapkan terima kasih” katanya, “tapi kita hanya ingin menerima, menerima, menerima tanpa mau mengasih”. “Kita hanya mau memetik, memetik dan memetik tanpa ingin menanam” sambung beliau sambil tersenyum.

Beliau mempergunakan uangnya untuk menyantuni anak yatim, membangun masjid dan bersedekah.

“Saya hanya ingin pahala yang terus mengalir tiada putus setelah saya nanti meninggal” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Duh, saya jadi malu pada diri ini. Selama ini saya gigih berusaha untuk mengubah nasib dengan standar “Kaya” yang salah.


***
***
Perjalanan ke Solo ini adalah salah satu keajaiban dari banyak keajaiban yang didapat selama saya menjalankan Riyadah 40 hari menjadi kaya. Nantikan cerita2 pengalaman Pengurus Pencinta Sedekah selama menjalankan Riyadah termasuk ketika Pengurus dapat kesempatan bertemu langsung dengan Ustadz Yusuf Mansur.

Tidak ada komentar: